Keledai yang kemarin masih berada di kali yang sama
bayangannya berlendir, merebahkan hutan pada matahari
Tak ada narasi, hanya debur puisi
menangis pada pagi
Rumput menganga tanpa hijau
hanya akar-akarnya menandai jiwa yang selalu koyak
oleh ulat
Seperti kemarin yang sama
atau lusa
Masih lelaki ia, juga keledai
yang bertelinga tapi tak mendengar
saat hujan menggerus pagi
menggigilkan matahari!
Inikah akhir itu?
Senin, 12 Januari 2009
Langganan:
Postingan (Atom)