Rabu, 04 Maret 2009

Sajak-Sajak Tengsoe Tjahjono

MEMBACA WAKTU

memulai dari mana. kelenjar itu tak berwarna
tanda-tanda yang biasa dibaca
mengabut-menjelaga

langkah siapa berhenti dekat pintu
untuk membuka zaman yang tiada
daun kemboja berguguran tanpa bunga
lembut oleh lumut dan debu
"Tuhan, tak pantas aku cemburu pada-Mu"

lalu bersijingkat, seakan masih kemarin
padahal waktu sudah seribu tahun terkubur
tangan masih sepi oleh keringat dan luka
ah, tanpa bencana?

dan pintu
tak bisa menunjukkan waktu
padamu

KWATREN JEMARI

hanya jemari yang setia menghitung
tanda arang pada dinding
seperti sejarah yang hilang
catatan yang terus terbuka menanti kaubaca

5 komentar:

anasrul mengatakan...

assalamualaikum pak. saya mahasiswa bapak yang bernama nasrul amin PR 08 (082074017). disini saya hanya ingin komen tentang puisi bapak yang berjudul "membaca waktu ". Dari puisi ini saya dapat memgerti sedikit maksud dari bapak, yaitu tentang seorang yang takjub akan kekuasaan tuhannya. kurang lenih seperti itu. bener ga pak? terlepas dari segi makna, topografi puisi "membaca waktu" saya rasa bagus karena tidak seperti kbanyakan puisi-puisi yang lain. saya merasa kok ada yang beda gitu, unik.
yang kedua tentang puisi "kwatren jemari" saya sama sekali tidak dapat menangkap maksud dari puisi bapak tersebut. apa memang bahasanya yang kurang saya pahami, "kwatren" itu apa sich pak? dan dari bahasa apakah kwatren itu. karena setahu saya dalam bahasa indonesia tidak ada kata kwatren itu.

semangka mengatakan...

“KWATNER JEMARI”
Kesatuan, kata “jemari, tanda arang, menghitung merupakan keterkaitan antara fungsi dan hasil serta kegiatan dari anggota badan. Juga catatan, sejarah dan kubaca adalah kesatuan kata yang memadu dan berhubungan, sehingga menggambarkan tujuan yang jelas.
Penonjolan, rangkaian kata dan pengiasan dan pengimajian serta pemicuan emosi, seperti “tanda arang di dinding, jemari yang setia, sejarah yang hilang, dll.
Keseimbangan, adanya keserasian makna dan intonasi emosi, seperti “ jemari yang setia menghitung, catata yang terus terbuka menanti kubaca. Sehingga penyampaian gagasan, amanat kepada pembaca mudah terserap.
Maaf hanya itu…..
Pareng….monggo.muzayanah pr 08.

murni_faris@yahoo.com mengatakan...

assalamualaikum bapak,saya mahasiswa bapak,kelas pendidikan bahasa dan sastra indonesia 2008 (082074005), maaf bapak terlambat ngirim komentnya,,maklum gaptek,hehehe....
menurut saya pada puisi bapak yang berjudul "membaca waktu", struktur keutuhan (unity) cukup baik, walaupun pada bait terakhir, jumlah kalimat tidak sesuai dengan paragraf sebelumnya,sehingga agak terlihat tidak seimbang..
isi puisi sudah sangat baik,karena mengandung pesan pada pembaca untuk dapat lebih mensyukuri waktu..
dan puisi tersebut disajikan sudah cukup menarik, walaupun kurang diberi gaya tulisan dan warna agar lebih menarik...
terimakasih bapak..sekali lagi maaf terlambat..

NeNG_WuLaN mengatakan...

Assalam Pak Tengsoe. Maaf saya terlambat mengirim tugas ini. Mungkin dari beberapa mahasiswa bapak, sayalah yang paling belakang mengirim tugas ini.
Nama : Juniar Triwulandari
Kelas : PR_08
NIM : 082074001
Dari beberapa puisi bapak yang ditampilkan di kota puisi, saya lebih menyukai puisi bapak yang berjudul "Membaca Waktu". Karena saya lebih memahami arti dan makna yang ada dalam puisi tersebut, karena harus membaca berkali-kali. Walaupun saya sudah membaca berkali-kali puisi bapak yang lainnya, namun saya kurang memahami arti dan maknanya. Yang lebih membuat saya tertarik adalah puisi Membaca Waktu tersebut.
Tentang keutuhan, puisi tersebut sudah mempunyai makna utuh. Memang puisi terdiri dari kata, bait, baris, dan larik. Perpaduan dari keempat unsur tadi dapat memberikan suatu makna yang utuh. Contohnya, bait pertama dengan bait terakhir saling berhubungan maknanya, tanpa adanya pelepasan makna lain.
Dan yang menonjol dalam puisi tersebut yaitu tentang gaya bahasa. Bahasa yang digunakan kebanyakan adalah bahasa kiasan (bukan makna sebenarnya). Contoh: tanda-tanda yang biasa dibaca mengabut-menjelaga. Jika membaca kata-kata ini tidak diteruskan hingga selesai sampai bait terakhir, mungkin pembaca awam tidak/kurang mengerti makna yang disampaikan dalam puisi tersebut.
Tentang keseimbangan, yaitu mengenai tentang gejolak jiwa pengarang terhadap puisinya. Atau mengenai emosi pengarang terhadap isi puisi yang disampaikan kepada pembaca. Pemilihan kata yang diambil oleh pengarang sangat pas dengan emosinya. Contoh: lembut oleh lumut dan debu
"Tuhan tak pantas aku cemburu pada-Mu".
Pengarang menggunakan rima a,a,a dan menempatkan rima tersebut ke dalam pemilihan kata yang berkaitan dengan emosinyapun juga pas.
Demikian komentar saya tentang puisi bapak. Terima kasih.

desmiawan.COM mengatakan...

Syalom Pak Tengsoe, saya Heny, mahasiswa bapak di IKIP Surabaya angkatan 89 lulus tahun 1993, jadi sudah 21 tahun lalu. Wah...puisi Bapak bagus banget, saya merasa jadi mahasiswa lagi, rasanya seperti sedang memprogram mata kuliah Apresiasi Sastra ketika membaca puisi Bapak. Pak, saya minta izin untuk menggunakan puisi Bapak yang berjudul Membaca Waktu sebagai bahan materi parafrase puisi untuk murid-murid saya. Saya juga memberi tugas pada murid saya untuk mencari profil Bapak di internet. Terima kasih ya Pak, berkat buku karya Bapak saya bisa menjelaskan banyak hal tentang karya sastra kepada murid-murid saya.